loading...

Iya! Bahar Bin Smith memang bangsat! Apelo apelo…..
Mau bagi kamu dia orang terhormat, mau bagi kamu dia penceramah, bagi kamu dia panutan, bagi saya dia hanyalah bangsat yang tidak tahu jaga mulut, yang buta hatinya dan budek akalnya.
Kalau kamu bisa marah karena melihat kinerja Jokowi, maka saya juga berhak marah sebagai rakyat NKRI. Jokowi itu presidenku. Dia itu kepala negaraku. Dia itu pemimpinku. Dan Bahar bukan siapa-siapaku.
Kalau ada orang yang bilang manusia sebangsat ini sebagai pemuka agama, saya malah heran. Tapi okelah, pilihanmu menganggap dia sebagai panutan dan pemuka agama. Bagi saya, kalau ada pemuka agama saya ceramah seperti itu, entah dibilang tidak hormat, dibilang tidak sopan, akan saya jungkalkan dia dari podiumnya. Pecat dia jadi penceramah.
Karena pemuka agama, sekritis apa pun itu terhadap pemerintah, tidak akan menggunakan bahasa, tutur kata, tudingan dan tuduhan sebiadab itu, sekasar itu. Sebab banyak pemuka agama mengkritik pemerintah dengan keras, tetapi tidak sampai melecehkan dan menghina seperti itu. Coba saja dengan ceramahnya:
”Penghianat bangsa, penghianat negara, pengkhianat rakyat kamu Jokowi. Kamu kalau ketemu Jokowi, kalau ketemu Jokowi kamu buka celananya itu. Jangan-jangan haid Jokowi itu. Kayaknya banci itu. Kalau ada kamu di sini yang kemarin pilih dia, tanggung jawab dunia akhirat kamu. Tukang mebel kamu pilih jadi presiden, begitu jadinya itu.”
Sudah dengar kan? Sudah paham kenapa manusia biadab ini saya bilang bangsat? Jokowi itu presiden. Sebagai presiden, ya harus dihormati. Mempertanyakan Jokowi kayaknya banci, sama saja penghinaan. Mengatakan presiden yang sedang berkuasa sebagai pengkhianat adalah pelecehan terhadap simbol negara.
Siapa Bahar sampai merasa paling sempurna menilai Jokowi. Buktinya 70% rakyat puas atas kinerjanya. Kog malah tiba-tiba meragukan anak tukang mebel jadi presiden? Emang salah anak tukang mebel jadi presiden? Jangan kamu pikir hanya anak orang kaya saja pantas jadi presiden. Kalau mau membandingkan, lebih baiklah anak tukang mebel jadi presiden dari pada anak pemberontak dan telah terbukti menculik jadi presiden. Logikamu di mana, cuk?
Sudah kubilang, seorang pemuka agama tidak salah mengkritisi seorang presiden, bahkan harus. Tetapi bukan berarti kamu bebas menghina dan melecehkan presiden dengan cara seperti itu. Dan ada orang masih bilang dia ini pemuka agama, kan aneh.
”Kamu berjanji dulu sebelum jadi, saya berjanji memakmurkan rakyat, menyejahterakan rakyat. Saya janji memakmurkan, menyejahterakan rakyat. Setelah jadi, rakyat mana yang makmur? Rakyat mana yang sejahtera? Saya tanya kamu, sudah makmur? Kamu sudah sejahtera? Yang makmur bukan rakyat, yang sejahtera bukan rakyat, yang makmur China, yang makmur perusahaan-perusahaan asing, yang makmur orang kafir, yang makmur perusahaan-perusahaan Barat. Kita, pribumi Indonesia, kita pribumi Indonesia menjadi budak di negeri kita sendiri. Menjadi budak di negeri kita. Kelaparan di negeri kita. kesepian di negeri kita. menderita di negeri kita sendiri.”
Jokowi memang berjanji, tetapi kalau janji itu belum terwujud, bukan berarti dia tidak bekerja. Matamu saja tidak bisa melihat hasil kerja pemerintahan Jokowi. Makanya jangan hanya di kendang saja. Keluar kamu ke Sumatera, Papua, Kalimantan, Sulawesi, NTB, NTT dan daerah-daerah lainnya, maka kamu akan menyaksikan betapa Jokowi sudah melakukan yang terbaik bagi bangsa ini.
Bahar mungkin tidak merasakan. Karena kerjanya hanya ngebacot saja bermodalkan mulut busuk dengan mengatasnamakan Allah lalu bisa makan. Tetapi di luar sana, banyak yang baru bisa menikmati cahaya lampu di malam hari ketika Jokowi jadi presiden, yang baru merasakan enaknya berkendara di jalanan mulus yang dulu hanya ada di Jawa, yang baru tahu kalau di antara bukit dan lembah ternyata dapat dibuat jalan.
Saya tidak berharap kamu berubah haluan. Tetapi cobalah untuk mengkritisi dengan cara-cara yang lebih baik. Setidaknya, jangan melecehkan presidenku.
Ingat, doa-doa orang Papua, Kalimantan, NTT, Jawa, Sulawesi dan Sumatera, serta daerah lainnya, yang sangat merasakan hasil kerja keras Jokowi dan jajarannya, mungkin saja – dan saya sangat yakin akan hal itu – akan meninggikan martabat Jokowi jauh lebih tinggi dari martabatmu yang penuh kebencian itu. Entah kamu masih punya martabat atau tidak.
Kepada pembaca sekalian, mohon maaf kalau ada kata yang kasar dan emosional dalam tulisan ini, yang mungkin tidak menyenangkan bagi Anda. Jujur, melihat video Bahar ini, saya tidak bisa menahan emosi dan saya rasa itu harus saya tunjukkan di tulisan ini. Dari pada saya menyerukan boikot Bahar, kan tidak ada faedahnya, tidak ada untungnya.
Saya harap dari pembaca melaporkan manusia ini. Saya tidak punya kemampuan untuk melaporkan yang seperti ini. Saya berharap rakyat Indonesia yang masih mencintai negeri ini, yang masih menghormati presiden, melaporkan orang ini.
0 Response to "Bangsat, Penjarakan!!! Bahar Smith: Kalau Kamu Ketemu Jokowi, Buka Celananya, Kayaknya Banci!"
Posting Komentar